Sekian lama
mereka tidak bertemu, hingga saat ini pun aku rasa mereka tidak pernah bertemu
lagi, hanya sederet digit nomer handpone yang terkadang menghubungkan jarak
keduanya, itupun hanya sebentar dan ketika rasa itu kembali mengusik, ketika
keberanian dan ragu untuk bertanya kabar
sedang apa kau gerangan di jauh sana…?
Bisikan hati
kecil selalu mengusik rasa ingin tahunya, mengais kembali sisa-sisa serpihan luka dan cinta diantara
keduanya. Kenangan masa silam yang hanya sebentar namun walau hanya sebentar
rasa itu terbawa hingga saat ini, terpendam dan menjadi penjara hati bagi
keduanya.
Inikah yang
orang-orang menamakanya sebagi kutukan cinta pertama? Kutukan tentang cinta pertama yang susah untuk
dilupakan, berkesan tanpa bait kata yang indah namun berasa begitu mempesona,
ketika ketulusan hati masih begitu lugu berjalan dalam satu waktu dalam getaran
hati yang terdalam terkutuklah aku….dalam
bait-bait dan kenanganmu.
Ia mengawali
hari dengan secangkir kopi hitamnya, dari cangkir putih yang biasa ia gunakan,
menunggu pagi sambil berhayal pada hangat mentari pagi yang sebentar lagi ia
nantikan.
Tak banyak yang
ia kerjakan, melamun dan mencoba merangkai kan kata-kata indah untuk
puisi-puisi barunya, menuliskannya dalam lembaran putih ruang rindunya.
Pikiranya masih
menerawang jauh pada masa itu, masa ketika ia merasakan getaran yang tidak
biasa dalam hatinya, ketika ia belum sepenuhnya tahu arti kata merindu, namun
begitu nyaman berada dekat disisinya. Ia merindukan kembali masa itu dalam
lamunan paginya.
Sosok perempuan
masa lalunya masih terekam jelas dalam ingatan, senyum manisnya, lesung pipinya
ia masih begitu merindukanya, ia begitu mengagumi pada masanya, dan saat inipun
aku rasa ia masih mengaguminya, walaupun sekadar untuk berkata ( hai…) ia berat
melakukanya, ia sadar ia bukan siapa-siapa, hanya pengagum sosok perempuan yang
dulu pernah singgah dan kini masih tetap
dikenangnya.
Semua hanya bisa
mengenang selanjutnya menjauh dengan sisa-sisa keikhlasan yang masih ia miliki.
Mendengar ia bahagia sudah cukup untuk menghibur dirinya, ia merelakan semuanya
tak berjalan sesuai rencanaya, takdir berkata lain,Tuhan maha berkehendak , ia
sadar sesadar-sadarnya.
Sejenak ia
kembali menyruput kopi hitam dalam cangkir putihnya, menyadarkan diri atas
lamunan-lamunan sesaat, kemudian tenggelam lagi dalam penyiksaan diri,
perenenguan akan masa lalunya.
Ia menjalani
tragisnya kutukan cinta pertama, sekeras ia berusaha untuk melupakannya,
sekeras itu pula rindu itu menyiksa batinya…terlalu kejam untuk sebuah kutukan
atas nama cinta.
Entah sampai
kapan ia akan bertahan pada perasaan hatinya , pada cinta yang mengusik
disetiap malamnya, pada perempuan cantiknya yang
hanya bisa ia kagumi dan pada bayang yang menari tanpa bisa ia
menggapainya.
Ia menuliskan
sebaris kata mengahiri lamunan pagi pada ruang rindunya
“Terkutukku terkoyak pada
sisa-sisa sepi dari perempuan yang tak pernah
diikhlaskan “
@kosan des 19
Ditulis dari
curhat seorang teman diiringi lagu “ Kucari Kamu “ Payung Teduh
No comments:
Post a Comment