Sesampai
di Ciboleger kami istirahat sejenak, melepas lelah serta makan siang dan
mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang dengan berjalan kaki.
Ada 4
pemuda baduy salah satunya bernama kang Sanip yang akan menemani dan membawa
barang barang kami mengingat rombongan kali ini didominasi oleh ibu-ibu hebat
yang ingin menikmati eksotisnya dan kearifan lokal suku Baduy.
Selepas
makan siang kami memulai perjalanan , setapak demi setapak melangkahkan kaki
masuk kedalam mengikuti jalan kecil setapak.
Rumah-rumah khas suku Baduy mulai terlihat berjejer membentuk sebuah
perkampungan, ini yang dinamakan perkampungan suku Baduy luar, aktifitas
penduduk terutama yang lelaki berladang sementara para perempuan mengisi waktu
dengan menenun dan menghasilkan tenunan kain yang indah.
Mereka
memajangnya dan juga menjual hasil tenunanya di depan rumahnya.
Kami
terus melangkahkan kaki-kaki kami, melewati jembatan-jembatan bambu penghubung,
melewati beberapa perkampungan Suku Baduy luar lainya, menanjak bukit mengikuti
jalan setapak yang menuju ke perkampungan Suku Baduy dalam.
Rasa
lelah dan capek terobati setelah beristirahat sebentar sambil melihat
pemandangan indah yang menghampar di depan mata, sesekali mampir dan duduk
sejenak di balai- balai depan rumah penduduk Baduy,
Sambil melihat aktifitas menenunya para kaum ibu sukuBaduy.
Sambil melihat aktifitas menenunya para kaum ibu sukuBaduy.
Kami
terus melanjutkan langkah kaki mengejar waktu agar tidak kemalaman di jalan,
Mereka para pemuda suku Baduy , sebenarnya hanya membutuhkan 3 jaman untuk sampai dikampung nya Baduy dalam, namun mereka mengikuti ritme kami yang molor karena terlalu banyak beristirahat.
Mereka para pemuda suku Baduy , sebenarnya hanya membutuhkan 3 jaman untuk sampai dikampung nya Baduy dalam, namun mereka mengikuti ritme kami yang molor karena terlalu banyak beristirahat.
Dari Ciboleger sampai ke perkampungan Baduy dalam rata-rata kami menghabiskan waktu 4-5 jam perjalanan.
Namun
rasa lelah terbayar dengan keindahan alam berupa bukit-bukit hijau, jernihnya
sungai yang mengalir indah, jembatan-jembatan bambu yang eksotis, rumah-rumah
dan perkampungan yang kami lewati sepanjang perjalanan.
Menjelang
magrib sebagian dari kami sampai di perkampungan Badui dalam, di rumah salah
satu porter kami yaitu kang Sanip, dan rumah ini nanti yang akan menjadi tempat
menginap malam ini.
Rumah
panggung kayu khas Baduy dengan didominasi bambu dan atap terbuat dari ayaman
daun sejenis daun kelapa, dengan lantai berupa bilah bilah bambu yg dirangaki
sedemikian rupa dan selembar tiker menjadi home stay kami.
Sederhana namun penuh akan kedamaian.
Sederhana namun penuh akan kedamaian.
dipost juga di http://jalan2.com/forum/
No comments:
Post a Comment