Sunday, 16 August 2015

Langkah-Langkah Kecil #3



Sesampai di Ciboleger  kami istirahat sejenak, melepas lelah serta makan siang dan mempersiapkan diri untuk perjalanan panjang dengan berjalan kaki.

Ada 4 pemuda baduy salah satunya bernama kang Sanip yang akan menemani dan membawa barang barang kami mengingat rombongan kali ini didominasi oleh ibu-ibu hebat yang ingin menikmati eksotisnya dan kearifan lokal suku Baduy.
Selepas makan siang kami memulai perjalanan , setapak demi setapak melangkahkan kaki masuk kedalam mengikuti jalan kecil setapak.
 
Rumah-rumah khas suku Baduy mulai terlihat berjejer membentuk sebuah perkampungan, ini yang dinamakan perkampungan suku Baduy luar, aktifitas penduduk terutama yang lelaki berladang sementara para perempuan mengisi waktu dengan menenun dan menghasilkan tenunan kain yang indah.

Mereka memajangnya dan juga menjual hasil tenunanya di depan rumahnya.
Kami terus melangkahkan kaki-kaki kami, melewati jembatan-jembatan bambu penghubung, melewati beberapa perkampungan Suku Baduy luar lainya, menanjak bukit mengikuti jalan setapak yang menuju ke perkampungan Suku Baduy dalam.



Rasa lelah dan capek terobati setelah beristirahat sebentar sambil melihat pemandangan indah yang menghampar di depan mata, sesekali mampir dan duduk sejenak di balai- balai depan rumah penduduk Baduy,
Sambil melihat aktifitas menenunya para kaum ibu sukuBaduy.






Kami terus melanjutkan langkah kaki mengejar waktu agar tidak kemalaman di jalan,
Mereka para pemuda suku Baduy , sebenarnya hanya membutuhkan 3 jaman untuk sampai dikampung nya Baduy dalam, namun mereka mengikuti ritme kami yang molor karena terlalu banyak beristirahat.

Dari Ciboleger sampai ke perkampungan Baduy dalam rata-rata kami menghabiskan waktu 4-5 jam perjalanan.
Namun rasa lelah terbayar dengan keindahan alam berupa bukit-bukit hijau, jernihnya sungai yang mengalir indah, jembatan-jembatan bambu yang eksotis, rumah-rumah dan perkampungan yang kami lewati sepanjang perjalanan.






Menjelang magrib sebagian dari kami sampai di perkampungan Badui dalam, di rumah salah satu porter kami yaitu kang Sanip, dan rumah ini nanti yang akan menjadi tempat menginap malam ini.
Rumah panggung kayu khas Baduy dengan didominasi bambu dan atap terbuat dari ayaman daun sejenis daun kelapa, dengan lantai berupa bilah bilah bambu yg dirangaki sedemikian rupa dan selembar tiker menjadi home stay kami.
Sederhana namun penuh akan kedamaian.

dipost juga di  http://jalan2.com/forum/


No comments:

Post a Comment

Damai Hati Ini Akan Selalu Ada

Hamparan sawah tandus menghampar sepanjang penglihatan dalam perjalanan ini, musim kemarau masih berlalu entah sampai kapan, bongkah...