Ternyata kau memang benar-benar hebat
nak, saat ayah datang kata ibuk kau belum bobo dari pagi tadi, biasanya siang
kau bobo siang namun karena ibuk bilang ayah mau datang hari ini kau merelakan
tidur siangmu hanya untuk menyambut kedatangan ayah.
Betapa bahagianya ayah saat melihatmu
dan bertemu dengan mu, sebuah rasa yang tak bisa ayah ungkapkan. Dengan segera
kau menyambut tangan ayah menciumnya dan kau bilang “ayahhh gha-gha kangen”
walaupun kata-katamu masih belum begitu jelas namun ayah tahu maksudmu nak, betapa
rasa kangenmu terhadap ayah yang begitu mendalam sebagaimana rasa kangen ayah
terhadapmu dan ibumu ,dan kini untuk sekian waktu kita dipertemukan kembali
sampai beberapa hari ke depan. Ayah akan menemanimu setiap waktu-waktu kalian .
Umurmu sudah 18 bulan nak, kau sudah
beranjak semakin dewasa, semakin pintar celoteh-celoteh lucu yang membuat ayah
tertawa, kepintaranmu yang begitu hebatnya membuat ayah dan ibumu sekali lagi
harus menggeleng-gelengkan kepala heran bercampur bangga.
Jalan dipagi hari adalah momen yang
terindah saat –saat bersamamu setiap ayah pulang menemuimu nak, melihat gunung
dengan udara yang masih segar, dingin angin pagi membuatmu memeluk erat ayah,
rasakan dingin pagi ini nak kesegaranya yang begitu nikmat, hirup dalam-dalam
udara pagi dan perlahan hempaskan bersama asa dan mimpi-mimpi mu.
Jalan aspal depan rumah masih belum rame
dengan kendaraan dan seperti biasanya ayah mengajakmu turun menelusuri jalan
setapak ini. Di sekeliling pohon tumbuh dengan rindangnya, kicau burung menambah
semarak pagi ini, seekor tupai kecil melompat dari satu pohon ke dahan pohon
lain, jari telunjukmu menunjuk seekor
tupai yang sedang asik bermain sendiri. Apa yang kau lihat nak? Kau seolah
tertarik dengan tupai itu, mata indahmu terus mengawasi segala gerak- gerik
tupai kecil itu, sesekali kau tersenyum dan menatap mata ayah lalu kau tertawa, belajarlah dari alam nak, Ayah ceritakan tentang tupai yang meloncat, kau seolah tahu apa
yang ayah ceritakan tentang kepintaran meloncatnya dan perlahan saat ayah Tanya
”Mana tupainya nak? Kau langsung menunjuk ke tempat tupai tadi bermain, akan
tetapi tupai kecil sudah tidak terlihat lagi melompat dan berlalu pergi, dan
kau pun membiarkan tupai itu berlalu.
Terus berjalan ke bawah melewati turunan
yang tajam, sawah menghampar, di depan sebuah kali kecil airnya gemericik
mengalir. Kubuatkan kapal –kapalan kecil dari daun untukmu dan kita hanyutkan
berdua di kali kecil itu, perlahan kapal pun terbawa arus. ”da-da da-da “ kata-
kata kecilmu melepas kapal yang berlalu
pergi mengikuti aliran air jauh ke ujung sana.
Berdiri memandang gunung sumbing dengan
awan yang sedikit menutupinya, mimpi ayah untuk mendaki bersamamu, kelak
kalau kau sudah beranjak dewasa.
Cintailah alam dan mendakilah gunung-gunung, berjalan lah jauh ,berpetualanglah carilah kenikmatannya dengan terus berpertualang.
Cintailah alam dan mendakilah gunung-gunung, berjalan lah jauh ,berpetualanglah carilah kenikmatannya dengan terus berpertualang.
Satu kupu-kupu hinggap di bunga kecil
yang berwarna kuning, dan keingin tahuanmu pun memaksa ayah menjelaskanmu, mata
indahmu tak lepas dari kupu-kupu kecil yang berwarna indah hitam dengan dibalut
hiasan putih dan warna-warna yang menghiasi tubuhnya semakin membuat indah,
sesekali terbang dari bunga satu ke bunga yang lain, dan kau anteng diam dan
menikmati semua gerak- gerik yang ditunjukkan si kupu-kupu.
Jari-jarimu menunjuk dan bertepuk tangan
dengan senangnya ” Pu..kupu kupu….kkupu..ayahh kupu” Katamu sambil menunjukan kupu-kupu itu berada.
Lama kau memandanginya dan kau semakin senang saat ada satu kupu-kupu lagi
berwarna kuning kemerah-merahan mendekat
dan hinggap pada bunga yang sama.
Inilah keindahan alam, inilah kebebasan
kupu-kupu untuk terbang dan menari untuk menghiburmu, dan ayah janji setiap
ayah pulang akan mengajakmu melihat dan mencari keindahan yang oleh alam
dihadirkan untuk kita nak.
Belajarlah dari alam dan lingkungan
sekitarmu, suatu saat nanti kita akan berpetualang bersama menikmati kebebasan,
keasingan daerah-daerah baru.
Kepalkan tanganmu, hantam congkaknya
dunia, gandeng tangan adikmu bawa serta berpetualang, peluk erat dan doakan
ayah dan ibumu, itu kebahagiaan kami sebagai orang tuamu.
@genk
Diambil dari catatan buku harian ayah
tentang mu.
Di post juga di : http://www.kompasiana.com/aozora/suatu-pagi-bersamamu_55e037de0ab0bd9a088099b1
Di post juga di : http://www.kompasiana.com/aozora/suatu-pagi-bersamamu_55e037de0ab0bd9a088099b1
No comments:
Post a Comment