Pic:www.bestkartun.blogspot.com
Dahan-dahan
masih tergilas oleh laju hujan, gerakanya berirama, memantul-mantul seiring
terpakan butiran hujan yang turun. Seolah menari bersama pada senin pagi yang
syahdu.
Aroma tanah
basah sudah tidak tercium lagi, menguap atau entah pergi ke mana. Air got
sedikit meluap menumpahkan sedikit sampah plastik yang sempat menyumbatnya. Tak
ada ikan pagi ini, berbeda dengan seminggu yang lalu ketika anak-anak kecil riuh
sepanjang got mencari ikan yang aku tau jenis ikan gabus , cukup besar ketika
salah satu anak menangkapnya dengan jaring hijau yang ia bawa dari rumahnya.
Hanya ada dua ikan gabus waktu itu dan sorak-sorai anak-anak merayakan
tangkapanya sambil menari di bawah guyuran hujan.
Kehidupan pagi
ini terus berjalan seperti biasanya tak terhalang oleh hujan yang turun disenin
pagi, tukang sayur masih berjualan seperti biasa hanya saja gerobak sayurnya ia
tutup dengan plastik bening berharap bisa melindungi sayuranya dari terpaan
hujan.
Pembelipun masih riuh seolah tak terpengaruh dengan hujan disenin pagi, payung-payung berwarna yang mereka bawa memberi suasana berwarna pagi ini.
Pembelipun masih riuh seolah tak terpengaruh dengan hujan disenin pagi, payung-payung berwarna yang mereka bawa memberi suasana berwarna pagi ini.
Ia yang hanya
duduk bersandar pada kursi tuanya, lelaki kesepian yang rindu hujan,
menghabiskan waktu untuk memandangi hujan, menikmati pagi murung dengan segala
keajaibanya. Aroma kopi paginya sudah tak sewangi tadi namun masih menyisakan
sedikit kenikmatan.
Ia lelaki kesepian
yang merindukan hujan, paginya ia habiskan untuk melamun, menikmati tarian
hujan. Tanpa teman yang peduli, ia berada di dunia kesepian sunyi terbuang tak
peduli bosan menyiksanya atau tidak.
“ Kasihan ” Ejek Cicak dinding yang melintas, meliatnya murung begitu menyedihkan, tatapanya tak
berpaling seolah ingin menghiburnya dan berkata “ Tenang kawan kamu tidak
sendiri”.
Suatu saat nanti
aku harus pergi sejenak, berjalan mengikuti langkah kaki tanpa takut tersesat,
aku hanya ingin keluar dari sunyi. Kata ini yang selalu terlintas ketika ia
melamun dalam paginya.
Ia menuliskan
gelisah perasaanya pada buku harian tua, buku merah marun yang sedikit pudar
termakan usia, namun menjadi salah satu teman setianya.
Teman menciptakan dunia imajinasi disaat gelisah menghantui disetiap lamunan murungnya tiba- tiba hadir.
Teman menciptakan dunia imajinasi disaat gelisah menghantui disetiap lamunan murungnya tiba- tiba hadir.
Angin pagi
sedikit menyapa wajahnya bersama hempasan sejuk butiran lembut air hujan, sedikit
memberikan ketenangan dalam paginya. Entah sudah berapa jam ia menuliskan kegelisahanya
aku rasa ia akan menuliskanya selama hujan masih turun disenin pagi.
Sisa rintik
hujan masih terdengar merdu ketika tak lama ia menutup buku harian merahnya,
meletakkan pada meja kayu di depanya kemudian ia termenung sejenak kembali
memandang dahan-dahan yang bergoyang. Meminum sisa kopi pagi dan beranjak dari
kursi tuanya, mulai melangkah di bawah rintik hujan yang masih turun, ia
melepaskan beban dalam dadanya, Cicak
di dinding yang tadi melihat lelaki kesepian duduk murung kini mendengar
teriakanya.
“Aku bosan….”
Lelaki kesepian
itu berlari menerobos hujan disenin pagi bersama isi hatinya yang semakin
memuncak berlari mengikuti langkah kakinya tanpa takut tersesat, tanpa tahu tujuan entah
kemana.
@genk
Gw banget...
ReplyDeleteMasaakkkk??? 😂😂😂
DeletePaan..gw khan cman teringat masa kecil...waktu musim hujan, pasti maen hujan2 an....hihihi...
ReplyDeleteKok samaaa ma gw, masa kecil yang bahagia berarti ya...😄
ReplyDelete